Visi : Menyediaan layanan dan jasa Psikologi yang proposional dan terpecaya bagi masyarakat Indonesia
Misi : 1. Menyediakan Jasa Konsultasi Psiklogi baik berupa bimbingan, konseling, maupun psikoterapi
2. menyediakan layanan pelatihan sumber daya insani berbasi analisis kebutuhan
* Apa Anda sering merasakan sedih?
* Apa Anda sering merasakan emosi yang berlebihan?
* Apakah Anda sering meraskan ketakutan berlebih?
*Apakah Anda sering merasakan senang yang berlebihan?
* Apakah Anda pernah menyakiti diri sendiri?
Disini kami memiliki alat tes sederhana yang akan mengetahui apakah Anda memiliki ciri-ciri dari Gangguan Bipolar atau tidak?
1. aku mudah terbangun oleh suara berisik
2. aku bekerja dalam ketegangan yang sangat besar
3. kadang-kadang aku ingin membanting barang-barang
4. pada umumnya aku merasa bahwa hidup ini ada manfaatnya
5. aku tidak khawatir terserang penyakit
6. aku suka bermacam-macam permainan dan hiburan
7. kadang-kadang aku menghalangi orang yang mencoba berbuat sesuatu, bukan karena besar kecilnya persoalan akan tetapi karena prinsip.
8. aku sering bermimpi tentang hal-hal yang paling baik kurahasiakan sendiri
9. kadang-kadang aku penuh semangat
10. sekali-sekali aku tertawa mendengar lelucon yang jorok
11. aku sering merasa seluruh kepalaku sakit
12. aku belum pernah jatuh pingsan
13. setiap hari aku minum air banyak
14. aku takut atau terganggu melihat darah
15. aku sering harus berusaha keras untuk menyembunyikan rasa malu
16. aku rasa lebih baik tutup mulut bila dalam kesulitan
17. aku cenderung untuk tidak menyapa orang lain, sebelum mereka menyapaku lebih dulu
18. aku senang cerita detektif dan cerita menyeramkan
19. kadang-kadang aku tidak mengerti mengapa aku marah dan mengomel
20. lebih aman untuk tidak mempercayai seorangpun
apabila anda telah mengerjakan tes di atas, silahkan kirim jawaban anda ke alamat email rahmanhadid69@gmail.com dan apabila anda tertarik untuk konsultasi lebih lanjut, anda bisa menghubungi nomor ini 021-75619654
Biro Psikologi GWS (Get Well Soon) :
Jl. bahagia no. 56 kel solok jakarta
Rahman hadid
Minggu, 06 November 2016
Sabtu, 18 Juni 2016
PSIKOTERAPI (Tugas Ke-4)
1.
Bagaimana cara terapis untuk menjelaskan tujuan dari terapi perpektif
integratif sehingga dapat membantu konseli mengembangkan integritasnya pada
level tertinggi, ditandai dengan aktualisasi diri dan integritas yang
memuaskan? (jelaskan dengan contoh)
jawab
Mr A adalah seorang pria lajang berusia 35 tahun yang telah mengikuti sesi psikoterapi karena menderita gangguan distimikselama beberapa tahun. Setelah dilakukan eksplorasi dan interpretasi secara sadar, ditemukan faktor penyebab depresi. Ternyata Mr. A tidak pernah bisa menerima perpisahannya dengan orang tuanya yang terjadi ketika dirinya berusia sekitar 20 tahun. Pada saat itu, ia telah meninggalkan karir yang menguntungkan di industri keuangan untuk menjadi guru sekolah tinggi. Keputusan ini sangat memuaskan baginya secara emosional dan interpersonal, tetapi bagi orang tuanya hal ini merupakan kekecewaan besar dan pengkhianatan. Setelah mencoba untuk memperbaiki hubungandan hanya menerima terus kemarahan dan kritik dari orang tuanya, Mr A akhirnya berhenti bertemu dan berbicara kepada mereka.Sejauh klien sadar, ia telah melupakan sakit hati nya, kemarahan, dan kerinduan untuk kontak dengan keluarganya.
2. bagaimana cara memilih metodeyang tepat untuk memilih teknik yang akan dilakukan dalam melakukan terapi bermain? (jelaskan dengan contoh)
Alexsa, anak berumur 4 tahun, kedua orang tuanya sering berdebat di depan alexsa sehingga alexsa sering menangis, lama kelama-an alexsa tidak ingin berbicara karena kedua orang tuanya sibuk dengan urusan mereka masing-masing. sudah 2bulan alexsa tidak ingin berbicara nenek nya yang kasihan melihat cucunya membawa alexsa ke psikiater, psikiater menyarankan alexsa untuk terapi pasir, alexsa membuat sebuah adegan dimana ayah dan ibunya bertengkar dan alexsa mengambarkan dirinya sedang berjongkok, sambil menangis, terapis melihat bahwa alexsa merasa sedih melihat pertengkarang kedua orang tuanya sehingga ia tidak ingin berbicara.
3. bagaimana cara yang paling efektif yang harus dilakukan terapis dalam metode terapi keluarga? ((jelaskan dengan contoh))
jawab
Pak alex memiliki seorang putra sebut saja namanya rangga, rangga seharusnya sudah berada di kelas 5 SD, tetapi rangga tidak naik kelas karena saat masih berada dikelas satu rangga sulit untuk membaca dan menulis sehingga membuat sang guru merasa kewalahan, kedua orang tua rangga merasa malu karena anaknya tidak naik kelas, dirumah rangga selalu dimarahi oleh ibunya karena ketika diajari menulis tulisan rangga terbalik atau ketika mengucapkan suatu kalimat ada kata yang hilang karena selalu dimarahi oleh kedua orang tuanya rangga tidak mau bersekolah, rangga akhirnya tidak mau berbicara kepada siapapun, karena merasa khawatir karena anaknya tidak mau bebicara ibunya membawa kwrumah sakit dan menemui psikiater, setelah mengetahui bahwa rangga mengalami diseleksia, psikiater itu mencoba berbagai cara agar rangga untuk berbicara, setelah rangga mulai mau berbicara, dan mengetahui bahwa rangga selalu dimarahi dan tidak mendapatkan dukungan sosial dari orang sekitarnya, kedua orang tua rangga disaran kan untuk mengikuti terapi keluarga, yang tujuannya utnuk memberikan pemahaman tentangf penyakit diseleksia sehingga mereka kedepannya akan tau cara yang terbaik untuk mengasuh, dan memberi pemahaman kepada rangga.
jawab
Mr A adalah seorang pria lajang berusia 35 tahun yang telah mengikuti sesi psikoterapi karena menderita gangguan distimikselama beberapa tahun. Setelah dilakukan eksplorasi dan interpretasi secara sadar, ditemukan faktor penyebab depresi. Ternyata Mr. A tidak pernah bisa menerima perpisahannya dengan orang tuanya yang terjadi ketika dirinya berusia sekitar 20 tahun. Pada saat itu, ia telah meninggalkan karir yang menguntungkan di industri keuangan untuk menjadi guru sekolah tinggi. Keputusan ini sangat memuaskan baginya secara emosional dan interpersonal, tetapi bagi orang tuanya hal ini merupakan kekecewaan besar dan pengkhianatan. Setelah mencoba untuk memperbaiki hubungandan hanya menerima terus kemarahan dan kritik dari orang tuanya, Mr A akhirnya berhenti bertemu dan berbicara kepada mereka.Sejauh klien sadar, ia telah melupakan sakit hati nya, kemarahan, dan kerinduan untuk kontak dengan keluarganya.
2. bagaimana cara memilih metodeyang tepat untuk memilih teknik yang akan dilakukan dalam melakukan terapi bermain? (jelaskan dengan contoh)
Alexsa, anak berumur 4 tahun, kedua orang tuanya sering berdebat di depan alexsa sehingga alexsa sering menangis, lama kelama-an alexsa tidak ingin berbicara karena kedua orang tuanya sibuk dengan urusan mereka masing-masing. sudah 2bulan alexsa tidak ingin berbicara nenek nya yang kasihan melihat cucunya membawa alexsa ke psikiater, psikiater menyarankan alexsa untuk terapi pasir, alexsa membuat sebuah adegan dimana ayah dan ibunya bertengkar dan alexsa mengambarkan dirinya sedang berjongkok, sambil menangis, terapis melihat bahwa alexsa merasa sedih melihat pertengkarang kedua orang tuanya sehingga ia tidak ingin berbicara.
3. bagaimana cara yang paling efektif yang harus dilakukan terapis dalam metode terapi keluarga? ((jelaskan dengan contoh))
jawab
Pak alex memiliki seorang putra sebut saja namanya rangga, rangga seharusnya sudah berada di kelas 5 SD, tetapi rangga tidak naik kelas karena saat masih berada dikelas satu rangga sulit untuk membaca dan menulis sehingga membuat sang guru merasa kewalahan, kedua orang tua rangga merasa malu karena anaknya tidak naik kelas, dirumah rangga selalu dimarahi oleh ibunya karena ketika diajari menulis tulisan rangga terbalik atau ketika mengucapkan suatu kalimat ada kata yang hilang karena selalu dimarahi oleh kedua orang tuanya rangga tidak mau bersekolah, rangga akhirnya tidak mau berbicara kepada siapapun, karena merasa khawatir karena anaknya tidak mau bebicara ibunya membawa kwrumah sakit dan menemui psikiater, setelah mengetahui bahwa rangga mengalami diseleksia, psikiater itu mencoba berbagai cara agar rangga untuk berbicara, setelah rangga mulai mau berbicara, dan mengetahui bahwa rangga selalu dimarahi dan tidak mendapatkan dukungan sosial dari orang sekitarnya, kedua orang tua rangga disaran kan untuk mengikuti terapi keluarga, yang tujuannya utnuk memberikan pemahaman tentangf penyakit diseleksia sehingga mereka kedepannya akan tau cara yang terbaik untuk mengasuh, dan memberi pemahaman kepada rangga.
Minggu, 12 Juni 2016
Softskill ke-3
1. Definisi
Analisis transaksional (AT) adalah psikoterapi transaksional yang dapat
digunakan dalam terapi individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam
terapi kelompok. Analisis transaksional berbeda dengan terapi lainnya karena
merupakan suatu terapi kontraktual dan desisional. Analisis transaksional
berfokus pada putusan-putusan awal yang dibuat oleh klien dan menekankan
kemampuan klien untuk membuat putusan-putusan baru. Analisis transaksional
menekankan aspek-aspek kognitif rasional-behavioral dan berorientasi kepada
peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat putusan-putusan baru
dan mengubah cara hidupnya.
Pendekatan ini
dikembangkan oleh Eric Berne, berlandaskan teori kepribadian yang berkenaan
dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu
kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu: orang
tua, orang dewasa dan anak. Teori Berne, menggunakan beberapa kata utama dan
menyajikan suatu kerangka yang bisa dimengerti dan dipelajari dengan mudah.
Kata-kata utamanya adalah orang tua, orang dewasa, anak, putusan, putusan
ulang, permainan, skenario, pemerasan, dicampuri, pengabdian dan ciri khas.
2. Pandangan Utama
Terapi Transaksional
Analisis transaksional berakar pada
suatu filsafat yang antidetermenistik serta menekankan bahwa manusia sanggup
melampaui pengkondisian dan pemerograman awal. Disamping itu, analisis
transaksional berpijak pada asumsi-asumsi bahwa orang-orang sanggup memahami
putusan-putusan masa lampaunya serta orang-orang mampu memilih untuk memutuskan
ulang. Analsisis transaksional meletakan kepercayaan pada kesanggupan individu
untuk tampil diluar pola-pola kebiasaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan
tingkah laku baru. Meskipun percaya bahwa manusia memiliki kesanggupan untuk
memilih, Berne merasa bahwa hanya sedikit orang yang sampai pada kesadaran akan
perlunya menjadi otonom. “manusia dilahirkan bebas tetapi satu hal paling
pertama yang dipelajari adalah berbuat sebagaimana diperintahkan dan dia menghabiskan
sisia hidupnya dengan bebrbuat seperti itu. Jadi, penghambaan diri yang pertama
dijalani adalah penghambaan pada orang tua. Dia menuruti perintah-perintah
orang tua untuk selamanya, hanya dalam beberapa keadaan saja memperoleh hak
untuk memilih cara-cara sendiri dan menghibur diri dengan suatu ilusi tentang
otonomi.
3. Tujuan-tujuan
Terapi Transaksional
Tujuan dasar analisis
transaksional adalah membantu klien dalam membuat putusan-putusan baru yang
menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Sasarannya adalah
mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah
dibatasi oleh putusan-putusan dini mengenai posisi hidupnya dan oleh pilihan
terhadap cara-cara hidup yang mandul dan deterministik. Inti terapi ini adalah
menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permainan yang manipulatif dan oleh
skenario-skenario hidup yang mengalahkan diri, dengan gaya hidup otonom yang
ditandai oleh spontanitas, dan keakraban.
4. Fungsi dan Peran
Terapis
Terapis membantu klien
dalam menemukan kondisi-kondisi masa lampau yang merugikan yang menyebabkan
klien membuat putusan-putusan dini tertentu, memungut rencana-rencana hidup,
dan mengembangkan strategi-strategi yang telah digunakannya dalam menghadapi orang
lain yang sekarang barangkali ingin dipertimbangkannya. Terapis membantu klien
memperoleh kesadaran yang lebih realitas dan mencari alternatif-alternatif guna
menjalani kehidupan yang lebih otonom.
Tugas terapis adalah
menggunakan pengetahuannya untuk menunjang klien dalam hubungannya dengan suatu
kontrak spesifik yang jelas yang diprakarsai oelh klien. Serta membantu agar
klien memperoleh perangkat yang diperlukan bagi perubahan. Terapis mendorong
dan mengajari klien agar lebih mempercayai ego orang dewasanya sendiri
ketimbang ego orang dewasa terapis dalam memeriksa putusan-putusan
lamanya dan dalam membuat putusan-putusan baru.
Softskill ke-3
1. Definisi
Analisis transaksional (AT) adalah psikoterapi transaksional yang dapat
digunakan dalam terapi individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam
terapi kelompok. Analisis transaksional berbeda dengan terapi lainnya karena
merupakan suatu terapi kontraktual dan desisional. Analisis transaksional
berfokus pada putusan-putusan awal yang dibuat oleh klien dan menekankan
kemampuan klien untuk membuat putusan-putusan baru. Analisis transaksional
menekankan aspek-aspek kognitif rasional-behavioral dan berorientasi kepada
peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat putusan-putusan baru
dan mengubah cara hidupnya.
Pendekatan ini
dikembangkan oleh Eric Berne, berlandaskan teori kepribadian yang berkenaan
dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu
kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu: orang
tua, orang dewasa dan anak. Teori Berne, menggunakan beberapa kata utama dan
menyajikan suatu kerangka yang bisa dimengerti dan dipelajari dengan mudah.
Kata-kata utamanya adalah orang tua, orang dewasa, anak, putusan, putusan
ulang, permainan, skenario, pemerasan, dicampuri, pengabdian dan ciri khas.
2. Pandangan Utama
Terapi Transaksional
Analisis transaksional berakar pada
suatu filsafat yang antidetermenistik serta menekankan bahwa manusia sanggup
melampaui pengkondisian dan pemerograman awal. Disamping itu, analisis
transaksional berpijak pada asumsi-asumsi bahwa orang-orang sanggup memahami
putusan-putusan masa lampaunya serta orang-orang mampu memilih untuk memutuskan
ulang. Analsisis transaksional meletakan kepercayaan pada kesanggupan individu
untuk tampil diluar pola-pola kebiasaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan
tingkah laku baru. Meskipun percaya bahwa manusia memiliki kesanggupan untuk
memilih, Berne merasa bahwa hanya sedikit orang yang sampai pada kesadaran akan
perlunya menjadi otonom. “manusia dilahirkan bebas tetapi satu hal paling
pertama yang dipelajari adalah berbuat sebagaimana diperintahkan dan dia menghabiskan
sisia hidupnya dengan bebrbuat seperti itu. Jadi, penghambaan diri yang pertama
dijalani adalah penghambaan pada orang tua. Dia menuruti perintah-perintah
orang tua untuk selamanya, hanya dalam beberapa keadaan saja memperoleh hak
untuk memilih cara-cara sendiri dan menghibur diri dengan suatu ilusi tentang
otonomi.
3. Tujuan-tujuan
Terapi Transaksional
Tujuan dasar analisis
transaksional adalah membantu klien dalam membuat putusan-putusan baru yang
menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Sasarannya adalah
mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah
dibatasi oleh putusan-putusan dini mengenai posisi hidupnya dan oleh pilihan
terhadap cara-cara hidup yang mandul dan deterministik. Inti terapi ini adalah
menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permainan yang manipulatif dan oleh
skenario-skenario hidup yang mengalahkan diri, dengan gaya hidup otonom yang
ditandai oleh spontanitas, dan keakraban.
4. Fungsi dan Peran
Terapis
Terapis membantu klien
dalam menemukan kondisi-kondisi masa lampau yang merugikan yang menyebabkan
klien membuat putusan-putusan dini tertentu, memungut rencana-rencana hidup,
dan mengembangkan strategi-strategi yang telah digunakannya dalam menghadapi orang
lain yang sekarang barangkali ingin dipertimbangkannya. Terapis membantu klien
memperoleh kesadaran yang lebih realitas dan mencari alternatif-alternatif guna
menjalani kehidupan yang lebih otonom.
Tugas terapis adalah
menggunakan pengetahuannya untuk menunjang klien dalam hubungannya dengan suatu
kontrak spesifik yang jelas yang diprakarsai oelh klien. Serta membantu agar
klien memperoleh perangkat yang diperlukan bagi perubahan. Terapis mendorong
dan mengajari klien agar lebih mempercayai ego orang dewasanya sendiri
ketimbang ego orang dewasa terapis dalam memeriksa putusan-putusan
lamanya dan dalam membuat putusan-putusan baru.
Sabtu, 14 Mei 2016
PSIKOTERAPI (Pertemuan Ke-2)
Terapi Humanistik/Eksistensial
Dasar terapi Humanistik adalah penekanan keunikan setiap
individu serta memusatkan perhatian pada kecendrungan alami dalam pertumbuhan
dan pewujudan dirinya. Dalam terapi ini para ahli tidak mencoba menafsirkan
perilaku penderita, tetapi bertujuan untuk memperlancar kajian pikiran dan
perasaan seseorang dan membantunya memecahkan masalahnya sendiri. Salah satu
pendekatan yang dikenal dalam terapi Humanistik ini adalah Terapi yang berpusat
kepada klien Client-Centered Theraphy.
Tujuan Konseling Teori Konseling Eksistensial
- Menyajikan
kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
- Menghapus
penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi. membantu klien
menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
- Membantu
klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.
Pengertian Terapi Eksistensial Humanistic Menurut Beberapa
Tokoh
Menurut kartini kartono dalam kamus psikologinya
mengatakan bahwa terapi eksistensial humanistik adalah salah satu psikoterapi
yang menekankan pengalaman subyektif individual kemauan bebas, serta kemampuan
yang ada untuk menentukan satu arah baru dalam hidup.
Menurut W.S Winkel, Terapi Eksistensial Humanistik adalah Konseling yang
menekankan implikasi – implikasi dan falsafah hidup dalam menghayati makna
kehidupan manusia di bumi ini. Konseling Eksistensial Humanistik berfokus pada
situasi kehidupan manusia di alam semesta, yang mencakup tanggung jawab
pribadi, kecemasan sebagai unsur dasar dalam kehidupan batin. Usaha untuk
menemukan makna diri kehidupan manusia, keberadaan dalam komunikasi dengan
manusia lain, kematian serta kecenderungan untuk mengembangkan dirinya
semaksimal mungkin.
Pengantar Teori Konseling Eksistensial-Humanistik
Teori
konseling eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa
artinya menjadi manusia. Banyak para ahli psikologi yang berorientasi
eksistensial,mengajukan argumen menentang pembatasan studi tingkah laku pada
metode-metode yang digunakan oleh ilmu alam. Terapi eksistensial berpijak pada
premis bahwa manusia tidak bisa lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan
tanggung jawab berkaitan. Dalam penerapan-penerapan terapeutiknya
eksistensialhumanistik memusatkan perhatian pada filosofis yang melandasiterapi.
Pendekatan atau teori eksistensian-humanistik menyajikan suatu landasan
filosofis bagi orang berhubungan dengan sesama yang menjadi ciri khas,
kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui
implikasi-implikasi bagi usaha membantu dalam menghadapi pertanyaanpertanyaan
dasar yang menyangkut keberadaan manusia. Pendekatan eksistensial-humanistik
mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, sentral memberikan gambaran tentang
manusia pada tarafnya yang tertinggi. Ia menunjukkan bahwa manusia selalu ada
dalam proses pemenjadian dan bahwa manusia secara sinambung mengaktualkan dan
memenuhi potensinya. Pendekatan eksistensial secara tajam berfokus pada
fakta-fakta utama keberadaan manusia – kesadaran diri dan kebebasan yang konsisten.
Terapi
yang sesuai dalam memberikan bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup
pengakuan eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan
manusia kedalam dunia tempat dia bertanggung jawab atas dirinya. Terapi
eksistensial tidak terikat pada salah seorang pelopor, akan tetapi eksistensial
memiliki banyak pengembang, tetapi yang populer adalah Victor Frankl, Rollo
May, irvin Yalom, James Bugental, dan Medard Boss. Eksistensialisme
bersama-sama dengan psikologi humanistik, muncul untuk merespon dehumanisasi
yang timbul sebagai efek samping dari perkembangan industri dan urbanisasi
masyarakat. Pada waktu itu banyak orang membutuhkan kekuatan untuk
mengembalikan sense of humannes disamping untuk memecahkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan kebermaknaan hidup, khususnya yang berkaitan dengan upaya
menghadapi kehancuran, isolasi, dan kematian.
4 Konsep-konsep Utama Terapi Eksistensial Humanistik
Pandangan tentang Manusia Terapi Eksistensial humanistik
berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang
menekankan pada pemahaman atas manusia alihalih suatu sistem tehnik-tehnik yang
digunakan untuk mempengaruhi klien. Eksistensial humanistik berasumsi bahwa
manusia pada dasarnya memiliki potensipotensi yang baik minimal lebih banyak
baiknya dari pada buruknya. Terapi eksistensial humanistik memusatkan perhatian
untuk menelaah kualitas-kualitas insani, yakni sifat-sifat dan kemampuan khusus
manusia yang terpateri pada eksistensial manusia, seperti kemampuan abstraksi,
daya analisis dan sintesis, imajinasi, kreatifitas, kebebasan sikap etis dan
rasa estetika. 4 Departemen Pendidikan Nasional, Modul Bimbingan dan Konseling
PLPG Kuota 2008(Surabaya:Unesa,2008),hal.16 Terapi eksistensial humanistik
berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu
sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alihalih suatu sistem
tehnik-tehnik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Oleh karena itu,
pendekatan eksistensial humanistik bukan justru aliran terapi, bukan pula suatu
teori tunggal yang sistematik suatu pendekatan yang mencakup terapiterapi yang
berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsiasumsi tentang
manusia. Pendekatan eksistensial humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus
sentral, memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Ia
menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan bahwa manusia
secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya. Pendekatan eksistensial
humanistik secara tajam berfokus pada fakta-fakta utama keberadaan manusia,
kesadaran diri, dan kebebasan yang konsisten. Menurut teori dari
Albert Ellis yang berhubungan dengan eksistensi manusia. Ia
menyatakan bahwa manusia bukanlah makhluk yang sepenuhnya ditentukan secara biologis
dan didorong oleh naluri-naluri. Ia melihat sebagai individu sebagai unik dan
memiliki kekuatan untuk menghadapi keterbatasan-keterbatasan untuk merubah
pandangan-pandangan dan nilai-nilai dasar dan untuk mengatasi
kecenderungan-kecenderungan menolak diri-sendiri. Manusia mempunyai kesanggupan
untuk mengkonfrontasikan sistem-sistem nilainya sendiri dan menindoktrinasi
diri dengan keyakinan-keyakinan, gagasan-gagasan dan nilai yang berbeda,
sehingga akibatnya, mereka akan bertingkah laku yang berbeda dengan cara mereka
bertingkah laku dimasa lalu. Jadi karena berfikir dan bertindak sampai 5 Gerald
Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi,….hal 84 menjadikan dirinya
bertambah, mereka bukan korban-korban pengondisian masa lalu yang positif.6 Berdasar
pendapat Ellis diatas, maka dapat diambil pengertian, bahwa setiap individu
mempunyai kemampuan untuk merubah dirinya dari hal-hal yang diterimanya.
Manusia mempunyai kesanggupan untuk mempertahankan perasaannya sendiri dan
dapat memberikan ajaran kembali kepada dirinya melalui keyakinan, pendapat, dan
hal-hal yang penting lainnya. Disini pendekatan eksistensial humanistik adalah
mengembalikan potensipotensi diri manusia kepada fitrahnya. Pengembangan
potensi ini pada dasarnya untuk mengaktualisasikan diri klien dan memberikan
kebebasan klien untuk menentukan nasibnya sendiri dan menanamkan pengertian
bahwa manusia pada fitrahnya bukanlah hasil pengondisian atau terciptanya bukan
karena kebetulan. Manusia memiliki fitrah dan potensi yang perlu dikembangkan.
Teknik-teknik Konseling Eksistensial
Yang
paling dipedulikan oleh konselor eksistensial adalah memahami dunia subyektif
si klien agar bisa menolongnya untuk bisa sampai pada pemahaman dan
pilihan-pilihan baru. Fokusnya adalah pada situasi hidup klien pada saat itu,
dan bukan pada menolong klien agar bisa sembuh dari situasi masa lalu (May
&Yalom, 1989). Biasaya terpis eksistensial menggunakan metode yang mencakup
ruang yang cukup luas, bervariasi bukan saja dari klien ke klien, tetapi juga
dengan klien yang sama dalam tahap yang berbeda dari proses terapeutik. Di satu
sisi, mereka
menggunakan
teknik seperti desentisasi (pengurangan kepekaan atas kekurangan yang diderita
klien sehabis konseling), asosiasi bebas, atau restrukturisasi kognitif, dan
mereka mungkin mendapatkan pemahaman dari konselor yang berorientasi lain.
Tidak ada perangkat teknik yang dikhususkan atau dianggap esensial (Fischer
& Fischer, 1983). Di sisi lain, beberapa orang eksistensialis
mengesampingkan teknik, karena mereka lihat itu semua memberi kesan kekakuan,
rutinitas, dan manipulasi Sepanjang proses terapeutik, kedudukan teknik adalah
nomor dua dalam hal menciptakan hubungan yang akan bisa membuat konselor bisa
secara efektif menantang dan memahami klien.
Teknik-teknik
yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu:
- Penerimaan
- Rasa
hormat
- Memahami
- Menentramkan
- Memberi
dorongan
- Pertanyaan
terbatas
- Memantulkan
pernyataan dan perasaan klien
- Menunjukan
sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
- Bersikap
mengijinkan untuk apa saja yang bermakna
Terapi
Psikoanalisa
Psikoanalisa
secara umum berarti suatu pandangan tentang manusia, dimana ketidaksadaran
memegang peranan sentral. Psikoanalisa memandang kejiwaan manusia sebagai
ekspresi dari adanya dorongan yang menimbulkan konflik. Konflik timbul karena
ada dorongan-dorongan yang saling bertentangan, baik dari dorongan yang
disadari maupun yang tidak disadari. Tokoh utama dari psikoanalisa adalah
Sigmund Freud. Teori dan teknik Freud yang membuatnya termasyhur adalah upaya
penyembuhan mental pasiennya yang dikenal dengan istilah Psychoanalysis dan
pandangan mengenai peranan dinamis ketidaksadaran dalam hidup psikis manusia.
Psikoanalisa sebagai teori dari psikoterapi menguraikan bahwa gejala neurotik pada
seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang
ada kaitannya dengan ingatan mengenai hal-hal yang traumatik pada masa
kanak-kanak yang ditekan.
Terapi
psikoanalisa adalah teknik pengobatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara
menggali permasalahan dan pengalaman yang direpresnya selama masa kecil serta
memunculkan dorongan-dorongan yang tidak disadarinya selama ini. Teknik ini
menekankan menggali seluruh informasi permasalahan dan menganalisis setiap
kata-kata yang diungkapkan oleh klien. Didalam terapi psikoanalisa ini sangat
dibutuhkan sifat dari terapeutik, maksudnya adalah adanya hubungan
interpersonal dan kerja sama yang professional antara terapis dan klien,
terapis harus bisa menjaga hubungan ini agar klien dapat merasakan kenyamanan,
ketenangan dan bisa rileks menceritakan permasalahan serta tujuannya untuk
menemui terapis.
Terapi
psikoanalisa biasa digunakan atau diterapkan untuk orang-orang dengan masalah
yang berkaitan dengan konsep utama dari psikoanalisa seperti adanya alam bawah
sadar pada manusia yang mampu mendorong 3 prinsip dasar dari psikoanalisa
sendiri (Id, Ego, Super Ego), hal kejiwaan yang merupakan bagian
kesadaran (consciousness) dan ketidaksadaran (unconsiousness), serta mengedepankan pengaruh pengalaman-pengalaman
dimasa lalu. Contoh beberapa masalah yang dihadapi antara lain: masalah dalam
menjalin hubungan dengan orang lain, masalah yang berhubungan dengan akademik,
depresi, kecemasan, trauma, dan masalah dimasa lalu yang mengganggu fungsi seseorang
melakukan aktifitasnya sehari-hari.
Dalam
melakukan terapi psikoanalisa ini ada beberapa teknik yang dapat digunakan,
yaitu sebagai berikut;
1. Asosiasi
Bebas
2. Interpretasi
atau Penafsiran
3. Analisis
Mimpi
4. Analisis
dan interpretasi resistensi
5.
Analisis dan interpretasi
transferensi
Terapi
psikoanalisa ini dapat dihentikan atau dianggap selesai saat klien mengerti
akan kenyataan yang sesungguhnya, alasan mengapa mereka melakukan perilaku
abnormal, dan menyadari bahwa perilaku tersebut tidak seharusnya mereka
lakukan, lalu mereka sadar untuk menghentikan perilaku itu. Terapi psikoanalisa
bertujuan untuk mengubah kesadaran individu, sehingga segala sumber
permasalahan yang ada didalam diri individu yang semulanya tidak sadar menjadi
sadar, mengatasi tahap-tahap perkembangan tidak terpecahkan, membantu klien
menyesuaikan dan mengatasi masalahnya, rekonstruksi kepribadian serta
meningkatkan kontrol ego sehingga dapat menghadapi kehidupan yang realita, dan
mengubah perilaku klien menjadi lebih positif.
Terapi
psikoanalisa ini lebih efektif digunakan untuk mengetahui masalah pada diri
klien, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa
lalu pada diri klien. Apalagi terapi ini memiliki dasar teori yang kuat. Terapi
ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak
disadarinya. Namun terapi ini tetap memiliki kekurangan seperti diperlukan
waktu yang panjang dalam melaksanakan terapi, memakan biaya yang banyak, dan
memungkinkan klien menjadi jenuh saat terapi.
Perbedaan Terapi Humanistik Dengan Person Centered Therapy
Terapi Humanistik
Istilah eksistensi berasal dari akar kata ex-sistere, yang secara literal berarti bergerak atau tumbuh ke luar. Psikologi Eksistensial atau sekarang berkembang dengan nama psikologi Humanistik atau psikologi holistic berawal dari kajian filsafat yang diawali dari Sorean Kierkigard tentang eksistensi manusia.
Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep- konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan.
Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.
Eksistensial Psychotherapies
Eksistensialis mencari makna eksistensi manusia, dan menekankan pilihan dan individualitas (sebagai lawan dari gagasan bahwa perilaku kita ditentukan dalam beberapa cara mekanistik). Martin Heidegger (1889-1976) biasanya disebut sebagai tokoh filsafat eksistensial modern. Dalam pandangan Heidegger, eksistensi manusia adalah proses, terus berkembang untuk setiap individu. Tidak statis, tapi selalu menjadi sesuatu yang berbeda (Hergenhahn, 1992). Unsur-unsur filsafat eksistensial terlihat dalam bentuk psikoterapi yang dikembangkan oleh Ludrvig Binswanger dan lain-lain
Psikoterapis eksistensial fokus pada tema penting dari kehidupan dan masalah klien, tetapi penekanannya adalah pada kualitas hubungan terapeutik itu sendiri sebagai agen penting dari perubahan. Tugas psikoterapi eksistensial adalah menantang klien untuk memeriksa kehidupan mereka dan mempertimbangkan bagaimana kebebasan mereka terganggu. Yang membantu mereka untuk menghilangkan hambatan, meningkatkan rasa pilihan mereka, dan mengerahkan keinginan mereka.
Psikoterapi eksistensial berusaha untuk memahami makna yang unik dari sudut pandang pengalaman klien yang subjektif dari dalam diri individu atau dunia saat fenomenologisnya. Hubungan kolaboratif antara klien dan terapis adalah penyembuhan dalam dirinya sendiri, dan tidak bergantung konseptual pada “repair model” (Walsh & McElwain.2002, p.272).
Pendekatan eksistensial bukanlah bentuk yang paling banyak dipraktekkan psikoterapi, namun para praktisi melihatnya sebagai kontras yang menyegarkan untuk terapi mekanistik lebih bekerja keras dalam mempromosikannya, mengutip dukungan eksperimental berkembang di beberapa daerah (Cain & Seeman, 2002). Hal ini juga penting dalam mengatur adegan untuk terapi humanistik yang lebih populer, terutama Carl Rogers berpusat pada terapi klien.
KONSEP-KONSEP UTAMA :
1. Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin besar kesadaran dirinya, maka semakin besar pula kebebasannya untuk memilih altrnatif-alternatif. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai dengan tanggung jawab. Manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.
2. Kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan
Kesadaran akan kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (Nonbeing)
3. Penciptaan Makna
Manusia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian. Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna. Manusia juga berusaha untuk mengaktualisasikan diri, yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya. Apabila gagal mengaktualisasikan dirinya, maka ia bisa menjadi sakit.
TUJUAN :
· Bugental (1965) menyebutkan bahwa keotentikan sebagai urusan utama psikoterapi dan nilai eksistensial pokok.
Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik :
1. Menyadari sepenuhnya keadaan sekarang
2. Memilih bagaimana hidup pada saat sekarang
3. Memikul tanggung jawab untuk memilih.
· Klien yang neurotic adalah orang yang kehilangan rasa ada, dan tujuan terapi adalah membantunya agar ia memperoleh atau menemukan kembali kemanusiaannya yang hilang.
Pada dasarnya, tujuan terapi eksistensial adalah :
1. meluaskan kesadaran diri klien
2. meningkatkan kesanggupan pilihannya
3. menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
FUNGSI DAN PERAN TERAPIS
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
· Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
· Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
· Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
· Berorientasi pada pertumbuhan
· Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
· Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
· Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
· Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
· Bekerja kea rah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
CLIENT CENTERED THERAPY
Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebutkannya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Client-centered adalah cabang khusus dari terapi humanistik yang menggarisbawahi tindakan mengalami klien berikutnya dunia subjektif dan fenomenalnya.
Terapis berfungsi terutarna sebagai penunjang pertumbuhan pribadi kliennya dengan jalan membantu kliennya itu dalam menemukan kesanggupankesanggupan untuk memecahkan masalah-masalah. Pendekatan client-centered manaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan klien untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya sendiri.
Client Centered Theory sering pula dikenal sebagai teori nondirektif dimana tokoh utamanya adalah Carl Rogers. Rogers adalah seorang empirisme yang mendasarkan teori-teorinya pada data mentah, ia percaya pentingnya pengamatan subyektif, ia percaya bahwa pemikiran yang teliti dan validasi penelitian diperlukan untuk menolak kecurangan diri (self-deception).
Rogers membangun teorinya ini berdasarkan penelitian dan observasi langsung terhadap peristiwa-peristiwa nyata, dimana pada akhirnya. ia memandang bahwa manusia pada hakekatnya adalah baik.
Oleh karena itu konseling client-centered berakar pada kesanggupan klien untuk sadar dan membuat keputusan-keputusan, sebab klien merupakan orang yang paling tahu tentang dirinya, dan pantas menemukan tingkah laku yang pantas bagi dirinya.
Pendekatan client centered merupakan corak yang dominan yang digunakan dalam. pendidikan konselor. Salah satu alasannya adalah, terapi client centered memiliki sifat keamanan. Terapi client centered menitik beratkan mendengar aktif, memberikan resfek kepada klien, memperhitungkan kerangka acuan intemal klien, dan menjalin kebersamaan dengan klien yang merupakan kebalikan dari menghadapi klien dengan penafsiran-penafsiran. Para terapis client centered secara khas merefleksikan isi dan perasaan-perasaan, menjelaskan pesan-pesan, membantu para.
PROSES KONSELING
fokus utamanya menekankan pengalaman yang dirasakan oleh klien. Pada awal proses konseling tidak difokuskan pada masalah, tujuan dan prilaku.
TUJUAN
Tujuan dasar terapi client centered adalah
Tujuan dasar terapi client centered adalah
· Meningkatkan harga diri
· Memperluas keterbukaan terhadap pengalaman hidup
Beberapa kritik lain terhadap client centered:
· Terlalu menekankan pada aspek afektif, emosional, perasaan sebagai penentu prilaku, tetapi melupakan faktor ineraktif, kognitif dan rasional
· Penggunaan informasi untuk membantu klien, tidak sesuai dengan teori
· Tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas, umum dan longgar sehingga sulit untuk menilai setiap individu
· Tujuan ditetapkan oleh klien, tetapi tujuan konseling kadang-kadang dibuat tergantung lokasi konselor dan klien
· Meskipun terbukti bahwa konseling client centered diakui efektif , tapi bukti-bukti tidak cukup sistematis dan lengkap terutama yang berkaitan dengan klien yang kecil tanggung j awabnya
· Sulit bagi konselor untuk benar-benar bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal
Namun dernikian dalam sumber lain dikatakan bahwa konseling client centered elah memberikan kontribusi dalam hal:
· Pernusatan pada klien dan bukan pada konselor dalam konseling
· Idenifikasi dan penekanan hubungan konseling sebagai wahana utama, dalam mengubah kepribadian
· Lebih menekankan pada sikap konselor daripada teknik
· Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif
· Penanganan emosi, perasaan dan afektif dalam konseling.
CIRI-CIRI CLIENT CENTERED THERAPY
Rogers (1974, h. 213-214) menguraikan ciri-ciri yang membedakan pendekatan client-centered dari pendekatan-pendekatan lain :
· Pendekatan client centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Klien sebagai sebagai orang yang paling mengetahui dirinya sendiri, adalah orang yang harus menemukan tingkah laku yang lebih panas bagi dirinya.
· Pendekatan client centered menekankan dunia fenomenal klien. Dengan empati yang cermat dan dengan usaha untuk memahami klien. Dengan simpati yang cermat dan dengan usaba untuk memahami kerangka acuan internal klien, terapis memberikan perhatian terutama pada persepsi diri klien dan persepsinya terhadap dunia.
TEKNIK TERAPI
a. Penekanan awal pada refleksi perasaan the person centered yang pada dasarnya adalah pernyataan ulang yang sedrhana dari apa yang dikatakan klien.
b. Evolusi metode person centered. Filosofi the person centered di dasarkan pada asumsi bahwa klien memiliki akal untu bergerak positif tanpa bantuan konselor.
c. Peran penilaian. Penilaian sering di pandang sebagai prasyarat untuk proses tritmen. Beberapa kesehatan mental menggunakan berbagai procedure penilaian termasuk diagnostic, identifikasi kekuatan klien dan kewajiban pengerjaan test.
d. Penerapan filosofi dari pendekatan the person centered diterapkan untuk bekerja individu, kelompok maupun keluarga. Pendekatan the person cetered juga telah terbukti sebagai terapi yang layaK dan lebih berorientasi, filosofi dasar dari the person centered memiliki penerapan untuk pendidikan SD hinga lulus.
e. Aplikasi untuk krisis intervensi. Pendekatan the person centered terutama berlaku dalam krisis intervensi seperti kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit, peristiwa bencana dan kehilangan orang yang dicintai. Dalam krisis intervensi seseorang yang mengalaminya butuh dorongan motivasi dari orang-orang sekitarnya, kepedulian dan berusaha untuk menempatkan posisinya.
f. Aplikasi untuk kelompok konseling. Pendekatan the person centered menekankan peran unik dari kelompok konselor sebagai fasilitator dan bukan pemimpin.
Logotherapy
Logotherapy dikembangkan oleh ahli saraf dan psikiater Viktor Frankl. Viktor E. Frankl dilahirkan di Wina, Austria pada tanggal 26 Maret 1905. Logoterapi dilandasi keyakinan bahwa itu adalah berjuang untuk menemukan makna dalam kehidupan seseorang yang utama, yang paling kuat memotivasi dan pendorong dalam manusia.
PRINSIP-PRINSIP DASAR
Gagasan Logotherapy diciptakan dengan Yunani kata logos (“yang berarti”). Konsep Frankl ini didasarkan pada premis bahwa kekuatan motivasi utama dari seorang individu adalah untuk menemukan makna hidup.
Daftar berikut merupakan prinsip prinsip dasar logoterapi:
- Kehidupan memiliki makna dalam keadaan apapun, bahkan yang paling menyedihkan.
- Motivasi utama kami untuk hidup adalah keinginan kita untuk menemukan makna hidup.
- Kami memiliki kebebasan untuk menemukan makna dalam apa yang kita lakukan, dan apa yang kita alami, atau setidaknya dalam berdiri kita ambil ketika dihadapkan dengan situasi penderitaan berubah.
Jiwa manusia disebut di beberapa asumsi logoterapi, tetapi penggunaan istilah roh tidak “spiritual” atau “religius”. Dalam pandangan Frankl, roh adalah kehendak manusia. Penekanannya, karena itu, adalah pada pencarian makna, yang tidak selalu mencari Tuhan atau makhluk supernatural lainnya. Frankl juga mencatat hambatan untuk pencarian manusia untuk makna dalam kehidupan. Dia memperingatkan terhadap “kemakmuran, hedonisme , [dan] materialisme … ” dalam pencarian makna. Tujuan hidup dan makna hidup konstruksi muncul dalam tulisan-tulisan logoterapi Frankl dengan hubungan dengan vakum eksistensial dan kemauan untuk makna, serta orang lain yang telah berteori tentang dan didefinisikan psikologis yang positif berfungsi. Frankl mengamati bahwa mungkin secara psikologis merusak ketika pencarian seseorang akan makna diblokir.
Tujuan hidup yang positif dan makna dikaitkan dengan keyakinan yang kuat agama, keanggotaan dalam kelompok, dedikasi untuk penyebab, nilai-nilai kehidupan, dan tujuan yang jelas. Perkembangan dewasa dan kematangan teori mencakup tujuan dalam konsep hidup. Kematangan menekankan pemahaman yang jelas tentang tujuan hidup, directedness, dan intensionalitas yang berkontribusi pada perasaan bahwa hidup ini bermakna.
Ide Frankl yang dioperasionalkan oleh Crumbaugh dan Tujuan Maholick dalam hidup (PIL) tes, yang mengukur makna individu dan tujuan dalam hidup. Dengan tes, peneliti menemukan bahwa makna hidup dimediasi hubungan antara religiusitas dan kesejahteraan; stres tak terkendali dan penggunaan narkoba, depresi dan self-pengurangan. Crumbaugh menemukan bahwa Mencari dari niskala Uji Gol (LAGU) adalah ukuran komplementer dari PIL. Sementara PIL mengukur keberadaan makna, LAGU mengukur orientasi terhadap makna. Sebuah skor rendah dalam PIL namun skor tinggi dalam LAGU, akan memprediksi hasil yang lebih baik dalam penerapan Logotherapy.
MENEMUKAN MAKNA
Menurut Frankl, “Kita dapat menemukan makna dalam hidup dalam tiga cara yang berbeda:
(1) dengan menciptakan pekerjaan atau melakukan perbuatan,
(2) dengan mengalami sesuatu atau menghadapi seseorang, dan
(3) oleh sikap kita ambil menuju dihindari penderitaan “dan bahwa” segala sesuatu yang dapat diambil dari seorang pria tapi satu hal:. yang terakhir dari kebebasan manusia – untuk memilih sikap dalam setiap himpunan keadaan ” Pada makna penderitaan, Frankl memberikan contoh berikut:
“Sekali, seorang dokter umum tua berkonsultasi dengan saya karena depresi yang parah. Dia tidak bisa mengatasi kehilangan istrinya yang telah meninggal dua tahun sebelum dan yang ia cintai di atas segalanya. Sekarang bagaimana aku bisa membantunya? Apa yang harus kukatakan ? dia aku menahan diri untuk menceritakan apa-apa, tapi malah dihadapkan dia dengan pertanyaan, “Apa yang akan terjadi, Dokter, jika Anda sudah mati lebih dulu, dan istri Anda akan harus bertahan hidup Anda:?” “Oh,” katanya, “untuknya ini akan menjadi mengerikan, bagaimana dia akan menderita!” Mendengar itu saya menjawab, “Anda lihat, Dokter, penderitaan tersebut telah diselamatkan, dan itu adalah Anda yang telah terhindar nya penderitaan ini, tetapi sekarang, Anda memiliki untuk membayar untuk itu dengan selamat dan berkabung nya. “Dia mengatakan tidak ada kata tapi menjabat tangan saya dan dengan tenang meninggalkan kantor.
Frankl menekankan bahwa mewujudkan nilai penderitaan bermakna hanya ketika dua kemungkinan kreatif tidak tersedia (misalnya, di kamp konsentrasi) dan hanya jika penderitaan tersebut tidak bisa dihindari – dia tidak mengusulkan bahwa orang menderita tidak perlu.
FILOSOFI DASAR LOGOTERAPI
Frankl menggambarkan implikasi metaclinical dari logoterapi dalam bukunya The Will Makna: Yayasan dan Aplikasi Logotherapy. Dia percaya bahwa tidak ada psikoterapi terlepas dari teori manusia. Sebagai seorang psikolog eksistensial, ia inheren tidak setuju dengan “model mesin” atau “model tikus”, karena merusak kualitas manusia manusia. Sebagai seorang ahli saraf dan psikiater, Frankl mengembangkan pandangan unik determinisme untuk hidup berdampingan dengan tiga pilar dasar logoterapi (kebebasan kehendak). Meskipun Frankl mengakui bahwa manusia tidak pernah bisa bebas dari setiap kondisi, seperti, biologis, sosiologis, psikologis atau penentu, berdasarkan pengalamannya dalam Holocaust, ia percaya bahwa manusia adalah “mampu melawan dan menantang bahkan kondisi terburuk”. Dalam melakukan seperti itu, manusia dapat melepaskan diri dari situasi, dirinya, memilih sikap tentang dirinya sendiri, menentukan determinan sendiri, sehingga membentuk karakter sendiri dan menjadi bertanggung jawab untuk dirinya sendiri.
PANDANGAN LOGOTHERAPEUTIC DAN PENGOBATAN
- Mengatasi kecemasan
Dengan mengenali tujuan keadaan kita, seseorang dapat menguasai kecemasan. Anekdot tentang penggunaan ini logoterapi diberikan oleh New York Times penulis Tim Sanders, yang menjelaskan bagaimana dia menggunakan konsep untuk meringankan stres fellow travellers maskapai dengan meminta mereka tujuan perjalanan mereka. Ketika ia melakukan hal ini, tidak peduli seberapa menyedihkan mereka, perubahan sikap seluruh mereka, dan mereka tetap bahagia sepanjang penerbangan. Secara keseluruhan, Frankl percaya bahwa individu cemas tidak mengerti bahwa kecemasan adalah hasil dari berurusan dengan rasa “tanggung jawab terpenuhi” dan akhirnya kurangnya makna.
Frankl menyebutkan dua patogen neurotik: hiper-niat, niat yang dipaksa menuju suatu tujuan yang membuat akhir yang tak terjangkau, dan hiper-refleksi, perhatian berlebihan terhadap diri sendiri yang menghambat upaya untuk menghindari neurosis yang orang berpikir diri cenderung. Frankl mengidentifikasi kecemasan antisipatif , takut hasil yang diberikan yang membuat hasil yang lebih mungkin. Untuk meringankan kecemasan antisipatif dan mengobati yang dihasilkan neurosis, logoterapi menawarkan niat paradoks , dimana pasien bermaksud untuk melakukan kebalikan dari tujuan hiper-dimaksudnya.
Seseorang, kemudian, yang takut (yaitu mengalami kecemasan antisipatif atas) tidak mendapatkan tidur malam yang baik mungkin mencoba terlalu keras (yaitu, hiper-berniat) untuk tertidur, dan ini akan menghambat kemampuannya untuk melakukannya. Sebuah logotherapist akan merekomendasikan, bahwa ia pergi ke tempat tidur dan sengaja mencoba untuk tidak jatuh tertidur. Ini akan meringankan kecemasan antisipatif yang membuatnya terjaga di tempat pertama, sehingga memungkinkan dia untuk tertidur dalam jumlah yang diterima waktu.
- Depresi
Viktor Frankl percaya depresi terjadi pada psikologis, fisiologis, dan spiritual tingkat. Pada tingkat psikologis, ia percaya bahwa perasaan tidak mampu melakukan tugas berasal dari luar kemampuan kita. Pada tingkat fisiologis, ia mengakui “rendah vital”, yang didefinisikan sebagai “berkurangnya energi fisik”. Akhirnya, Frankl percaya bahwa pada tingkat spiritual, orang depresi menghadapi ketegangan antara yang benar-benar dia dalam kaitannya apa yang seharusnya dia. Frankl menyebut hal ini sebagai menganga jurang. Akhirnya Frankl menunjukkan bahwa jika tujuan tampaknya tidak terjangkau, seseorang kehilangan rasa masa depan dan dengan demikian berarti mengakibatkan depresi. Dengan demikian logoterapi bertujuan “untuk mengubah Sikap pasien terhadap penyakitnya serta arah hidupnya sebagai tugas “.
- Obsesif-kompulsif
Frankl percaya bahwa mereka yang menderita gangguan obsesif-kompulsif tidak memiliki rasa penyelesaian bahwa kebanyakan orang lain miliki. Alih-alih memerangi kecenderungan untuk mengulangi pikiran atau tindakan, atau berfokus pada perubahan gejala individu dari penyakit, terapis harus fokus pada “transform [ing] neurotik sikap terhadap neurosis nya”. Oleh karena itu, penting untuk mengenali bahwa pasien “tidak bertanggung jawab atas ide obsesif nya”, tapi “dia pasti bertanggung jawab atas sikapnya terhadap ide-ide “. Frankl menyarankan bahwa penting bagi pasien untuk mengenali kecenderungan ke arah kesempurnaan sebagai takdir, dan karena itu, harus belajar untuk menerima beberapa derajat ketidakpastian. Pada akhirnya, setelah premis logoterapi, pasien akhirnya harus mengabaikan pikiran obsesif dan menemukan makna dalam hidupnya meskipun pikiran seperti itu.
- Skizofrenia
Meskipun logoterapi tidak dimaksudkan untuk menangani gangguan yang parah, Frankl percaya logoterapi yang bisa menguntungkan bahkan mereka yang menderita skizofrenia. Dia mengakui akar skizofrenia pada disfungsi fisiologis. Pada disfungsi ini, skizofrenia yang “mengalami dirinya sebagai obyek “bukan sebagai subjek. 208 Frankl menyarankan bahwa skizofrenia bisa dibantu dengan logoterapi dengan terlebih dahulu diajarkan untuk mengabaikan suara dan untuk mengakhiri persisten pengamatan-diri. Kemudian, selama periode yang sama ini, skizofrenia harus dipimpin ke arah kegiatan yang berarti, sebagai “bahkan untuk skizofrenia tetap ada bahwa residu kebebasan terhadap nasib dan arah penyakit dimana manusia selalu memiliki, tidak peduli seberapa sakit ia mungkin, dalam segala situasi dan pada setiap saat dalam kehidupan, untuk . yang terakhir “
- Pasien Terminally-sakit
Pada tahun 1977, Terry Zuehlke dan John Watkins melakukan studi menganalisis efektivitas logoterapi dalam merawat pasien terminally-sakit. Desain studi yang digunakan 20 laki-laki Veteran Administrasi relawan yang secara acak ditugaskan untuk salah satu dari dua kemungkinan pengobatan – (1) kelompok yang menerima 8-45 menit sesi selama 2 minggu dan (2) kelompok digunakan sebagai kontrol yang menerima pengobatan tertunda. Setiap kelompok diuji pada 5 skala – yang MMPI K Skala , MMPI L Skala, Death Anxiety Skala, Brief Psychiatric Rating Scale, dan Tujuan Hidup Test. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan keseluruhan antara kontrol dan kelompok perlakuan. Sementara analisis univariat menunjukkan bahwa ada perbedaan kelompok yang signifikan dalam 3/5 dari tindakan tergantung. Hasil ini mengkonfirmasi gagasan bahwa pasien terminally-sakit bisa mendapatkan keuntungan dari logoterapi dalam menghadapi kematian.
Ada tiga asas utama logoterapi yang menjadi inti dari terapi ini, yaitu:
- Hidup itu memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam penderitaan dankepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar, berhargadan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikantujuan hidup.
- Setiap manusia memiliki kebebasan yang hampir tidak terbatas untuk menentukan sendiri makna hidupnya. Dari sini kita dapat memilih makna atas setiapperistiwa yang terjadi dalam diri kita, apakah itu makna positif atupun makna yangnegatif. Makna positif ini lah yang dimaksud dengan hidup bermakna
- Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mangambil sikap terhadap peristiwatragis yang tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa dirinya sendiri dan lingkungansekitar. Contoh yang jelas adalah seperti kisah Imam Ali diatas, ia jelas-jelasmendapatkan musibah yang tragis, tapi ia mampu memaknai apa yang terjadi secarapositif sehingga walaupun dalam keadaan yang seperti itu Imam tetap bahagia.
AJARAN LOGOTERAPI
Ketiga asas itu tercakup dalam ajaran logoterapi mengenai eksistensi manusia dan maknahidup sebagai berikut:
- Dalam setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun, kehidupan ini selalu mempunyai makna.
- Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang.
- Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi untuk memilih, menentukan dan memenuhi makna dan tujuan hidupnya.
- Hidup bermakna diperoleh dengan jalan merealisasikan tiga nilai kehidupan, yaitu nilai-nilai kreatif (creative values), nilai-nilai penghayatan (eksperiental values) dan nilai-nilai bersikap (attitudinal values).
TUJUAN LOGOTERAPI
Tujuan dari logoterapi adalah agar setiap pribadi:
- memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada padasetiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
- menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dandiabaikan bahkan terlupakan;
- memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mamputegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna
PANDANGAN LOGOTERAPI TERHADAP MANUSIA
- Menurut Frankl manusia merupakan kesatuan utuh dimensi ragawi, kejiwaan danspiritual Unitas bio-psiko-spiritual.
- Frankl menyatakan bahwa manusia memiliki dimensi spiritual yang terintegrasi dengandimensi ragawai dan kejiwaan. Perlu dipahami bahwa sebutan “spirituality” dalam logoterapi tidak mengandung konotasi keagamaan karena dimens ini dimiliki manusia tanpa memandang ras, ideology, agama dan keyakinannya. Oleh karena itulah Franklmenggunakan istilah noetic sebagai padanan dari spirituality, supaya tidak disalahpahami sebagai konsep agama.
- Dengan adanya dimensi noetic ini manusia mampu melakukan self-detachment, yaknidengan sadar mengambil jarak terhadap dirinya serta mampu meninjau dan menilaidirinya sendiri.
- Manusia adalah makhluk yang terbuka terhadap dunia luar serta senantiasa berinteraksidengan sesama manusia dalam lingkungan sosial-budaya serta mampu mengolahlingkungan fisik di sekitarnya
Daftar Pustaka :
Prabowo, H. & Riyanti, B. P. D (1998). Psikologi Umum 2.
Jakarta: Universitas Gunadarma
D.Gunarsa, Prof.DR.Singgih. (1992). Konseling dan Psikoterapi. Gunung Mulia: Jakarta.
Prabowo, Hendro. Psikologi Umum Seri Diktat
Kuliah. Jakarta: Universitas
Gunadarma.
Pervin, Lawrence A. 2004. Psikologi Kepribadian Teori
dan Penelitian Edisi
Kesembilan. Jakarta: Prenada Media Group.
Suryabrata, Sumadi. 2003. Psikologi
Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafinfo
Persada
Langganan:
Postingan (Atom)