Sabtu, 18 Juni 2016

PSIKOTERAPI (Tugas Ke-4)

1. Bagaimana cara terapis untuk menjelaskan tujuan dari terapi perpektif integratif sehingga dapat membantu konseli mengembangkan integritasnya pada level tertinggi, ditandai dengan aktualisasi diri dan integritas yang memuaskan? (jelaskan dengan contoh)

jawab
Mr A adalah seorang pria lajang berusia 35 tahun yang telah mengikuti sesi psikoterapi karena menderita gangguan distimikselama beberapa tahun. Setelah dilakukan eksplorasi dan interpretasi secara sadar, ditemukan faktor penyebab depresi. Ternyata Mr. A tidak pernah bisa menerima perpisahannya dengan orang tuanya yang terjadi ketika dirinya berusia sekitar 20 tahun. Pada saat itu, ia telah meninggalkan karir yang menguntungkan di industri keuangan untuk menjadi guru sekolah tinggi. Keputusan ini sangat memuaskan baginya secara emosional dan interpersonal, tetapi bagi orang tuanya hal ini merupakan kekecewaan besar dan pengkhianatan. Setelah mencoba untuk memperbaiki hubungandan hanya menerima terus kemarahan dan kritik dari orang tuanya, Mr A akhirnya berhenti bertemu dan berbicara kepada mereka.Sejauh klien sadar, ia telah melupakan sakit hati nya, kemarahan, dan kerinduan untuk kontak dengan keluarganya.

2. bagaimana cara memilih metodeyang tepat untuk memilih teknik yang akan dilakukan dalam melakukan terapi bermain? (jelaskan dengan contoh)
Alexsa, anak berumur 4 tahun, kedua orang tuanya sering berdebat di depan alexsa sehingga alexsa sering menangis, lama kelama-an alexsa tidak ingin berbicara karena kedua orang tuanya sibuk dengan urusan mereka masing-masing. sudah 2bulan alexsa tidak ingin berbicara nenek nya yang kasihan melihat cucunya membawa alexsa ke psikiater, psikiater menyarankan alexsa untuk terapi pasir, alexsa membuat sebuah adegan dimana ayah dan ibunya bertengkar dan alexsa mengambarkan dirinya sedang berjongkok, sambil menangis, terapis melihat bahwa alexsa merasa sedih melihat pertengkarang kedua orang tuanya sehingga ia tidak ingin berbicara.

3. bagaimana cara yang paling efektif yang harus dilakukan terapis dalam metode terapi keluarga? ((jelaskan dengan contoh))

jawab
Pak alex memiliki seorang putra sebut saja namanya rangga, rangga seharusnya sudah berada di kelas 5 SD, tetapi rangga tidak naik kelas karena saat masih berada dikelas satu rangga sulit untuk membaca dan menulis sehingga membuat sang guru merasa kewalahan, kedua orang tua rangga merasa malu karena anaknya tidak naik kelas, dirumah rangga selalu dimarahi oleh ibunya karena ketika diajari menulis tulisan rangga terbalik atau ketika mengucapkan suatu kalimat ada kata yang hilang karena selalu dimarahi oleh kedua orang tuanya rangga tidak mau bersekolah, rangga akhirnya tidak mau berbicara kepada siapapun, karena merasa khawatir karena anaknya tidak mau bebicara ibunya membawa kwrumah sakit dan menemui psikiater, setelah mengetahui bahwa rangga mengalami diseleksia, psikiater itu mencoba berbagai cara agar rangga untuk berbicara, setelah rangga mulai mau berbicara, dan mengetahui bahwa rangga selalu dimarahi dan tidak mendapatkan dukungan sosial dari orang sekitarnya, kedua orang tua rangga disaran kan untuk mengikuti terapi keluarga, yang tujuannya utnuk memberikan pemahaman tentangf penyakit diseleksia sehingga mereka kedepannya akan tau cara yang terbaik untuk mengasuh, dan memberi pemahaman kepada rangga.

Minggu, 12 Juni 2016

Softskill ke-3

1. Definisi 
Analisis transaksional (AT) adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam terapi kelompok. Analisis transaksional berbeda dengan terapi lainnya karena merupakan suatu terapi kontraktual dan desisional. Analisis transaksional berfokus pada putusan-putusan awal yang dibuat oleh klien dan menekankan kemampuan klien untuk membuat putusan-putusan baru. Analisis transaksional menekankan aspek-aspek kognitif rasional-behavioral dan berorientasi kepada peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat putusan-putusan baru dan mengubah cara hidupnya.
          Pendekatan ini dikembangkan oleh Eric Berne, berlandaskan teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu: orang tua, orang dewasa dan anak. Teori Berne, menggunakan beberapa kata utama dan menyajikan suatu kerangka yang bisa dimengerti dan dipelajari dengan mudah. Kata-kata utamanya adalah orang tua, orang dewasa, anak, putusan, putusan ulang, permainan, skenario, pemerasan, dicampuri, pengabdian dan ciri khas.
2.      Pandangan Utama Terapi Transaksional
       Analisis transaksional berakar pada suatu filsafat yang antidetermenistik serta menekankan bahwa manusia sanggup melampaui pengkondisian dan pemerograman awal. Disamping itu, analisis transaksional berpijak pada asumsi-asumsi bahwa orang-orang sanggup memahami putusan-putusan masa lampaunya serta orang-orang mampu memilih untuk memutuskan ulang. Analsisis transaksional meletakan kepercayaan pada kesanggupan individu untuk tampil diluar pola-pola kebiasaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru. Meskipun percaya bahwa manusia memiliki kesanggupan untuk memilih, Berne merasa bahwa hanya sedikit orang yang sampai pada kesadaran akan perlunya menjadi otonom. “manusia dilahirkan bebas tetapi satu hal paling pertama yang dipelajari adalah berbuat sebagaimana diperintahkan dan dia menghabiskan sisia hidupnya dengan bebrbuat seperti itu. Jadi, penghambaan diri yang pertama dijalani adalah penghambaan pada orang tua. Dia menuruti perintah-perintah orang tua untuk selamanya, hanya dalam beberapa keadaan saja memperoleh hak untuk memilih cara-cara sendiri dan menghibur diri dengan suatu ilusi tentang otonomi.
3.      Tujuan-tujuan Terapi Transaksional
         Tujuan dasar analisis transaksional adalah membantu klien dalam membuat putusan-putusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Sasarannya adalah mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh putusan-putusan dini mengenai posisi hidupnya dan oleh pilihan terhadap cara-cara hidup yang mandul dan deterministik. Inti terapi ini adalah menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permainan yang manipulatif dan oleh skenario-skenario hidup yang mengalahkan diri, dengan gaya hidup otonom yang ditandai oleh spontanitas, dan keakraban.
4.      Fungsi dan Peran Terapis
         Terapis membantu klien dalam menemukan kondisi-kondisi masa lampau yang merugikan yang menyebabkan klien membuat putusan-putusan dini tertentu, memungut rencana-rencana hidup, dan mengembangkan strategi-strategi yang telah digunakannya dalam menghadapi orang lain yang sekarang barangkali ingin dipertimbangkannya. Terapis membantu klien memperoleh kesadaran yang lebih realitas dan mencari alternatif-alternatif guna menjalani kehidupan yang lebih otonom.
          Tugas terapis adalah menggunakan pengetahuannya untuk menunjang klien dalam hubungannya dengan suatu kontrak spesifik yang jelas yang diprakarsai oelh klien. Serta membantu agar klien memperoleh perangkat yang diperlukan bagi perubahan. Terapis mendorong dan mengajari klien agar lebih mempercayai ego orang dewasanya sendiri ketimbang ego orang dewasa  terapis dalam memeriksa putusan-putusan lamanya dan dalam membuat putusan-putusan baru.


Softskill ke-3

1. Definisi 
Analisis transaksional (AT) adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam terapi kelompok. Analisis transaksional berbeda dengan terapi lainnya karena merupakan suatu terapi kontraktual dan desisional. Analisis transaksional berfokus pada putusan-putusan awal yang dibuat oleh klien dan menekankan kemampuan klien untuk membuat putusan-putusan baru. Analisis transaksional menekankan aspek-aspek kognitif rasional-behavioral dan berorientasi kepada peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat putusan-putusan baru dan mengubah cara hidupnya.
          Pendekatan ini dikembangkan oleh Eric Berne, berlandaskan teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu: orang tua, orang dewasa dan anak. Teori Berne, menggunakan beberapa kata utama dan menyajikan suatu kerangka yang bisa dimengerti dan dipelajari dengan mudah. Kata-kata utamanya adalah orang tua, orang dewasa, anak, putusan, putusan ulang, permainan, skenario, pemerasan, dicampuri, pengabdian dan ciri khas.
2.      Pandangan Utama Terapi Transaksional
       Analisis transaksional berakar pada suatu filsafat yang antidetermenistik serta menekankan bahwa manusia sanggup melampaui pengkondisian dan pemerograman awal. Disamping itu, analisis transaksional berpijak pada asumsi-asumsi bahwa orang-orang sanggup memahami putusan-putusan masa lampaunya serta orang-orang mampu memilih untuk memutuskan ulang. Analsisis transaksional meletakan kepercayaan pada kesanggupan individu untuk tampil diluar pola-pola kebiasaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru. Meskipun percaya bahwa manusia memiliki kesanggupan untuk memilih, Berne merasa bahwa hanya sedikit orang yang sampai pada kesadaran akan perlunya menjadi otonom. “manusia dilahirkan bebas tetapi satu hal paling pertama yang dipelajari adalah berbuat sebagaimana diperintahkan dan dia menghabiskan sisia hidupnya dengan bebrbuat seperti itu. Jadi, penghambaan diri yang pertama dijalani adalah penghambaan pada orang tua. Dia menuruti perintah-perintah orang tua untuk selamanya, hanya dalam beberapa keadaan saja memperoleh hak untuk memilih cara-cara sendiri dan menghibur diri dengan suatu ilusi tentang otonomi.
3.      Tujuan-tujuan Terapi Transaksional
         Tujuan dasar analisis transaksional adalah membantu klien dalam membuat putusan-putusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Sasarannya adalah mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh putusan-putusan dini mengenai posisi hidupnya dan oleh pilihan terhadap cara-cara hidup yang mandul dan deterministik. Inti terapi ini adalah menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permainan yang manipulatif dan oleh skenario-skenario hidup yang mengalahkan diri, dengan gaya hidup otonom yang ditandai oleh spontanitas, dan keakraban.
4.      Fungsi dan Peran Terapis
         Terapis membantu klien dalam menemukan kondisi-kondisi masa lampau yang merugikan yang menyebabkan klien membuat putusan-putusan dini tertentu, memungut rencana-rencana hidup, dan mengembangkan strategi-strategi yang telah digunakannya dalam menghadapi orang lain yang sekarang barangkali ingin dipertimbangkannya. Terapis membantu klien memperoleh kesadaran yang lebih realitas dan mencari alternatif-alternatif guna menjalani kehidupan yang lebih otonom.
          Tugas terapis adalah menggunakan pengetahuannya untuk menunjang klien dalam hubungannya dengan suatu kontrak spesifik yang jelas yang diprakarsai oelh klien. Serta membantu agar klien memperoleh perangkat yang diperlukan bagi perubahan. Terapis mendorong dan mengajari klien agar lebih mempercayai ego orang dewasanya sendiri ketimbang ego orang dewasa  terapis dalam memeriksa putusan-putusan lamanya dan dalam membuat putusan-putusan baru.