Jumat, 16 Oktober 2015

Tugas Minggu Ke-3 : Mempengaruhi Perilaku



Definisi Pengaruh

Pengaruh sebagai esensi pengaruh sosial adalah usaha yang dilakukan seseorang atau lebih untuk mengubah sikap, belief, persepsi atau tingkah laku dari orang lain.

Kunci – kunci perubahan perilaku                                                           

Seperti yang baru saja kami sebutkan, individu dapat dan sering kali melawan tekanan  kelompok. Pembelot yang sendirian atau kaum minoritas kecil dapat bersikeras dengan pendapat mereka dan menolak untuk ikut serta. Namun masih ada lanjutan dari cerita ini, sebagai tambahan, ada berbagai contoh di mana orang-orang semacam itu minoritas dalam kelompoknya dapat membalas pihak mayoritas  dan bahkan menggunakan, bukan hanya menerima pengaruh sosial. Sejarah memberikan banyak contoh kejadian-kejadian  semacam ini. Raksasa ilmu pengetahuan seperti Galileo, Pasteur dan Freud bisa dikatakan menghadapi mayoritas bulat yang ada pada awalnya menolak pandangan mereka. Akan tetapi dengan perjalanan waktu, orang-orang terkenal bisa mengatasi penolakan semacam itu dan mendapatkan penerimaan yang luas atas teori mereka. Contoh yang paling mutakhir mengenai minoritas yang mempengaruhi mayoritas ditunjukkan oleh kesuksesan kaum environmentalis. Pada awalnya, orang-orang tersebut dipandang sebagai kaum radikal liar dengan ide-ide yang aneh. Namun secara berangsur-angsur mereka berhasil mengubah sikap mayoritas, sehingga kini banyak dari pandangan-pandangan mereaka yang diterima secara luas.
Namun kapankah tepatnya minoritas berhasil mempengaruhi mayoritas? Hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka paling mungkin melakukan hal itu pada kondisi tertentu (Monscovici,1985). Pertama, anggota kelompok tersebut harus konsisten dalam menentang opini mayoritas. Jika mereka guncang atau nampak tercerai-berai, pengaruh mereka berkurang. Kedua, anggota kelompok minoritas harus menghindari tampilan yang kaku dan dogmatis (Mugny,1975). Minoritas yang hanya mengulang posisi yang sama secara terus menerus akan lebih baik tidak persuasif daripada yang menunjukkan suatu fleksibilitas. Ketiga, keseluruhan konteks sosial di mana kaum minoritas beroperasi adalah penting. Jika suatu minoritas mendukung posisi yang konsisten dengan kecenderungan sosial yang sedang berlangsung (misalnya, pandangan konservatif pada saat tumbuhnya konservatisme), kemungkinannya untuk mempengaruhi mayoritas lebih besar daripada ketika minoritas mendukung posisi yang keluar dari jalur tren yang luas.
            Tentu saja, bahkan ketika kondisi-kondisi ini terpengaruh, kaum minoritas menghadapi pertarungan yang keras dan sulit. Karena kekuatan mayoritas sangatlah besar, terutama pada situasi sosial yang kompleks dan ambigu, di mana kelompok mayoritas di pandang sebagai sumber informasi yang lebih terpercaya mengenai apa yang benar dibandingkan dengan minoritas. Akan tetapi, dengan demikian ancaman yang diberikan oleh mayoritas terhadap minoritas sebenarnya dapat menjadi bantuan bagi minoritas. Penemuan terkini mengindikasikan bahwa karena mereka merasakan kepedulian yang lebih besar mengenai menjadi benar (misalnya, memiliki pandangan yang benar), minoritas cenderung memiliki perkiraan yang terlalu besar atas jumlah orang memiliki pandangan yang sama. Dengan kata lain, mereka mempersepsikan adanya dukungan yang lebih besar terhadap posisi mereka daripada yang sebenarnya ada (Kenworthy & Miller, 2001). Hal ini dapat menjadi pendorong dan berfungsi untuk menguatkan keyakinan minoritas agar bertahan pada kemungkinan yang meragukan.

Model mempengaruhi perilaku

Jika minoritas bertahan, pada akhirnya mereka bisa saja menang dan menemukan bahwa pandangan mereka kini menjadi mayoritas; hal inilah yang tepatnya dialami oleh gerakan environmentalis, seperti yang ditulis diatas. Akan tetapi apa yang terjadi terhadap minoritas ketika mereka menjadi mayoritas? Dan apa yang terjadi pada mayoritas ketika mereka jatuh dari posisi tersebut? Prisilin, Limbert dan Bauer (2000) telah meneliti pertanyaan-pertanyaan tersebut dan memperoleh beberapa hasil yang mengejutkan. Berdasarkan penelitian yang lebih awal, mereka memprediksi bahwa kehilangan yang dialami oleh kelompok mayoritas yang minoritas akan lebih besar daripada yang dialami oleh minoritas yang menjadi mayoritas (model asimetris). Untuk menguji hipotesis ini, mereka meminta beberapa kelompok yang terdiri dari empat orang untuk mendiskusikan pandangan mereka mengenai perlindungan lingkungan. Tanpa di ketahui oleh partisipan, tiga orang pada setiap kelompok asisten peneliti dan dua dari mereka bisa saja setuju dengan partisipan pada sebagian besar isu (sehingga menempatkan orang tersebut sebagai mayoritas) atau tidak setuju dengan partisipan (sehingga menempatkan  orang tersebut sebagai minoritas). Dengan berjalannya diskusi,baik ketiga asisten mempertahankan posisi mereka (kondisi tidak berubah) atau salah satu dari mereka berubah (menjadi setuju dengan partisipan jika pada awalnya asisten tersebut tidak setuju atau menjadi tidak setuju jika pada awalnya  asisten tersebut setuju; kondisi ini adalah kondisi perubahan parsial). Akhirnya pada kondisi ketiga (kondisi perubahan total), dua orang asisten mengubah pandangan mereka.


Daftar Pustaka :
Munandar,A.S.Psikologi industri dan organisasi.Penerbit UIP

Wijono,Sutarto.(2010).Psikologi industri dan organisasi.Jakarta:Penerbit Kencana

Robert,A.Baron,Donn Byrne. Psikologi Sosial Jilid 2 Edisi Kesepuluh. Jakarta:Penerbit Erlangga

Danang Sunyoto.Perilaku Konsumen.Yogyakarta:Penerbit Center Of Academic Publishing Service

Sunyoto Munandar, Ashar.(2001).Psikologi Industri dan Organisasi.Jakarta: Universitas Indonesia.

Sihotang. A. Drs. M.B.A. (2006).Menejemen Sumber Daya Manusia .Jakarta : PT Pradnya Paramita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar